Has Moved To WWW.SMANSAKITA.CO.CC

PENGUMUMAN
Bahwa, situs blog ini sudah di-pindah-tempatkan ke lokasi yang baru :
SMANSAKITA.CO.CC


kLIK Disini untuk ke SMANSAKITA.CO.CC



By
Andi

Fenomena: Fanatisme IPA

Labels:

Bu Guru: "Kamu cita-citanya jadi apa?"
Siswa 1: "Jadi dokter buu.."
Bu Guru: "Kalo kamu jadi apa?"
Siswa 2: "Jadi dokter juga.."
Bu Guru: "kok semua mau jadi dokter?"
Siswa 1 & 2: "tinggal suntik, gajinya gede bu!"

Tentu saja untuk menjadi dokter harus masuk jurusan IPA.

Seperti pada umumnya, orang lulusan IPA bisa meneruskan pendidikan ke segala jurusan di perguruan tinggi. Sehingga mereka pun bisa mencari berbagai pekerjaan yang mereka inginkan. Hal itu yang menyebabkan banyak siswa yang memilih untuk mencari jurusan Ilmu Alam.

Tapi lain di SMANSA, banyak siswa yang - terlalu - fanatik dengan jurusan Ilmu Alam. Sebagai contohnya Jurusan Bahasa, jumlah siswa Jurusan Bahasa kelas XII tahun lalu ada 12 orang, kelas XII thn ini ada 8 orang (menyusut 4 orang), terus untuk tahun depan menyusut lagi 4 orang menjadi 4 orang yang tersisa mengingat siswa jurusan bahasa kelas XI tahun ini cuma ada 4 orang, bahkan untuk jurusan Ilmu Sosial ngga ada yang milih....

Padahal klo dipikir-pikir, seseorang akan lebih mudah sukses jika berada di tempat dengan tingkat persaingan rendah. Misalnya kelas XII-IS yang cuma terdiri dari 6 orang siswa (tapi sekarang sudah menjadi 7 orang dengan masuknya siswa baru), hampir keseluruhan siswanya berprestasi (tentunya dalam bidangnya, ekonomi), mereka banyak menyumbang piala untuk sekolah kita tercinta, SMANSA. Bahkan mereka sudah bermain di kancah nasional, terakhir mereka bertarung di Jakarta, dan nanti mereka akan ikut OSN di makassar.

Begitu juga kelas XII-Bahasa, mereka juga sering bertarung memperebutkan piala untuk SMANSA, meskipun tidak semua perlombaan yang diikuti merupakan ilmu exact. Tapi banyak yang tidak menyangka kalau siswa kelas bahasa juga bisa menyaingi rivalnya di kelas IA untuk berlaga di bidang Teknologi Informasi, khususnya perlombaan bahasa pemrograman. Dengan beberapa kali mempersembahkan piala dari bidang komputer, kelas Bahasa membuktikan bahwa Kelas Bahasa bukan kelas "buangan" yang merupakan sisa-sisa kelas IA. Begitu juga kelas IS, bahkan dalam waktu singkat mereka bisa mempersembahkan banyak piala untuk Smansa.

Pilihan jurusan para siswa yang begitu memprihatinkan tahun ini bisa memberi gambaran bagaimana kelanjutan existansi kelas IB dan Kelas IS tahun depan jika tidak ditanggulangi dengan sosialisasi yang memadai. Maka dari itu kita harus berusaha mengubah cara pandang para orang tua dan siswa pada umumnya, agar tidak memandang sebelah mata pada kelas IB dan IS yang justru lebih banyak mempunyai peluang dalam mencari pekerjaan karena mereka sudah dibekali dengan ilmu yang sudah menjurus kebidangnya masing-masing. Seperti siswa dari Jurusan IS, mereka dibekali kemampuan di bidang ekonomi akuntansi untuk menjadi seorang akuntan yang handal. Siswa jurusan bahasa, dibekali kemampuan berbahasa dan budaya yang dapat mereka gunakan di bidang pariwisata dan perhotelan (dimana gajinya -sangat- lumayan, mengingat gaji pekerja di luar negeri minimal sekitar $1000 dolar/orang).

Bahkan menurut guru-guru senior Smansa yang sempat mengajar di kelas Bahasa, hampir semua anak-anak jurusan Bahasa dan Ilmu Sosial lulusan Smansa menjadi orang sukses, tapi benar atau nggaknya cuma Tuhan yang tahu. Yang kami tahu dengan jelas dan optimis, kami nanti akan menjadi orang sukses yang akan membahagiakan orang tua.

0 comments:

Post a Comment